Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Misteri MH370: Perjalanan Terakhir yang Menghilang dan Pencarian Abadi di Samudra Tergelap

Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Malaysia_Airlines_Penerbangan_370

Pada tanggal 7 Maret 2014, langit di atas Kuala Lumpur, Malaysia, tampak bersih dan tenang. Di landasan pacu Bandara Internasional Kuala Lumpur, sebuah pesawat Boeing 777-200ER milik Malaysia Airlines bersiap untuk sebuah penerbangan rutin. Pesawat itu, yang terdaftar sebagai 9M-MRO, akan melakukan penerbangan malam ke Beijing, Tiongkok, dengan nomor penerbangan MH370. Di dalamnya, ada 239 jiwa yang berasal dari berbagai negara. Ada keluarga yang sedang berlibur, pengusaha yang akan melakukan perjalanan bisnis, dan sekelompok seniman kaligrafi Tiongkok yang kembali dari pameran. Mereka semua duduk di kursi mereka, tanpa menyadari bahwa mereka akan menjadi bagian dari misteri paling membingungkan di abad ke-21.

Di kokpit, Kapten Zaharie Ahmad Shah, seorang pilot veteran berusia 53 tahun dengan lebih dari 18.000 jam terbang, duduk di kursi kiri. Di sampingnya, duduk Fariq Abdul Hamid, seorang asisten pilot muda berusia 27 tahun yang baru saja akan lulus menjadi kapten penuh. Keduanya adalah pilot yang sangat dihormati, dengan reputasi yang sempurna. Semua berjalan sesuai prosedur. Pesawat lepas landas tepat pukul 00.41 pagi. Mereka melaju di ketinggian jelajah, 35.000 kaki, dan terbang di atas Laut China Selatan.

Pukul 01.19 pagi, sekitar 40 menit setelah lepas landas, Fariq Abdul Hamid melakukan kontak radio terakhir dengan pengontrol lalu lintas udara di Kuala Lumpur: "Good night, Malaysian three seven zero." Pesan itu singkat, lugas, dan sama sekali tidak menimbulkan kecurigaan.

Dua menit kemudian, ketika pesawat itu seharusnya memasuki wilayah udara Vietnam, keheningan menyelimuti kokpit. Tidak ada respons dari MH370. Pengontrol lalu lintas udara Vietnam mencoba menghubungi pesawat itu berulang kali, tetapi tidak ada jawaban. Pesawat itu, yang baru saja terbang di langit yang terang, tiba-tiba lenyap dari radar sipil.

Detik-detik Terakhir dan Sinyal Misterius

Awalnya, hilangnya MH370 dianggap sebagai masalah komunikasi rutin. Namun, ketika berjam-jam berlalu tanpa kontak, kecemasan berubah menjadi ketakutan. Pencarian internasional besar-besaran segera diluncurkan di Laut China Selatan, tetapi kapal-kapal dan pesawat-pesawat yang mencari di sana tidak menemukan apa pun.

Beberapa hari kemudian, sebuah informasi yang mengejutkan datang dari militer Malaysia. Radar militer mereka, yang bekerja secara terpisah dari sistem sipil, ternyata telah melacak MH370 setelah pesawat itu menghilang. Radar itu menunjukkan bahwa MH370 tidak jatuh. Sebaliknya, pesawat itu membuat belokan tajam ke arah barat, terbang kembali di atas Semenanjung Malaysia, melewati pulau Penang, dan menuju ke Samudra Hindia. Setelah itu, pesawat itu membuat belokan lagi, mematikan transpondernya, dan menghilang dari radar militer. Seseorang yang sangat terampil di kokpit telah menonaktifkan semua sistem komunikasi pesawat secara manual.

Yang lebih aneh lagi, sebuah perusahaan satelit Inggris, Inmarsat, berhasil menganalisis data ping otomatis yang terus-menerus dikirimkan oleh MH370 setelah hilangnya. Setiap jam, sistem komunikasi pesawat akan mengirimkan "jabat tangan" otomatis dengan satelit Inmarsat. Data ini, yang tidak membawa informasi posisi atau kecepatan, berhasil dianalisis oleh para ahli. Mereka menggunakan data itu untuk menentukan lintasan pesawat. Data ping itu menunjukkan bahwa MH370 terbang ke arah selatan, jauh ke dalam Samudra Hindia yang luas dan tak berpenghuni, sampai akhirnya kehabisan bahan bakar dan jatuh ke laut.

Perburuan Terbesar dan Termahal dalam Sejarah

Dengan data satelit ini, pencarian MH370 beralih dari Laut China Selatan ke Samudra Hindia bagian selatan, sebuah wilayah yang sangat terpencil dan dalam. Operasi pencarian itu adalah yang terbesar dalam sejarah, melibatkan puluhan negara, kapal-kapal angkatan laut, kapal selam robotik, dan pesawat-pesawat yang menyisir area seluas 120.000 kilometer persegi.

Tantangan yang dihadapi sangat besar. Area pencarian adalah salah satu yang paling bergejolak di dunia, dengan ombak raksasa, angin kencang, dan kedalaman lautan yang mencapai 6.000 meter. Teknologi yang digunakan, seperti sonar multibeam dan kendaraan bawah air otonom (AUV), bekerja tanpa henti, memetakan setiap jengkal dasar laut. Namun, setelah dua tahun yang melelahkan dan menelan biaya lebih dari $150 juta, pencarian itu dihentikan pada Januari 2017. Tidak ada bangkai pesawat yang ditemukan, tidak ada kotak hitam yang ditemukan, dan tidak ada jawaban yang memuaskan.

Petunjuk yang Menyedihkan dan Pertanyaan yang Tak Terjawab

Meskipun pencarian dihentikan, misteri MH370 terus menghantui. Beberapa tahun setelah hilangnya, puing-puing pesawat mulai muncul. Pada Juli 2015, sebuah flaperon (bagian dari sayap pesawat) ditemukan di Pulau Reunion, di Samudra Hindia bagian selatan. Analisis forensik mengkonfirmasi bahwa puing itu memang berasal dari MH370.

Penemuan flaperon ini memicu gelombang baru pencarian, tetapi kali ini oleh warga sipil. Mereka menemukan lebih banyak puing di pesisir Madagaskar, Mauritius, dan Tanzania. Setiap puing, dari penutup mesin hingga pecahan sayap, dikonfirmasi berasal dari MH370. Namun, puing-puing ini hanya mengkonfirmasi satu hal: pesawat itu jatuh di Samudra Hindia. Mereka tidak memberikan petunjuk tentang apa yang terjadi di kokpit, mengapa pesawat itu terbang ke sana, atau siapa yang mengendalikannya.

Teori-Teori di Balik Tragedi

Dengan tidak adanya kotak hitam atau bangkai pesawat yang ditemukan, para ahli dan publik terpaksa mengandalkan teori.

1. Teori Bunuh Diri Pilot-Massal: Ini adalah teori yang paling umum dan paling didukung oleh bukti-bukti tidak langsung. Teori ini berpendapat bahwa Kapten Zaharie Ahmad Shah, pilot yang mengendalikan pesawat, dengan sengaja mematikan sistem komunikasi, mengubah rute pesawat, dan akhirnya menabrakkan pesawat itu ke laut. Teori ini didukung oleh fakta bahwa simulasi penerbangan yang ditemukan di rumah Kapten Zaharie menunjukkan bahwa ia telah melakukan simulasi penerbangan ke sebuah bandara di Samudra Hindia. Para ahli juga berpendapat bahwa hanya seorang pilot yang sangat terampil yang bisa mengendalikan pesawat dengan cara seperti itu. Namun, tidak ada bukti konkret yang mendukung motif bunuh diri.

2. Teori Pembajakan: Teori ini berpendapat bahwa pesawat itu dibajak oleh pihak ketiga, entah untuk tujuan politik atau terorisme. Namun, tidak ada kelompok teroris yang mengklaim bertanggung jawab, dan sangat sulit untuk membayangkan bagaimana seorang pembajak bisa mengendalikan pesawat canggih seperti Boeing 777.

3. Teori Kebakaran atau Kegagalan Mekanis: Teori ini berpendapat bahwa terjadi kebakaran hebat di pesawat atau kegagalan mekanis. Para pilot mungkin tidak sadar karena asap, dan pesawat itu terbang secara otomatis sampai kehabisan bahan bakar. Namun, tidak ada bukti yang mendukung teori ini.

Warisan dari Sebuah Misteri Abadi

Misteri MH370 adalah pengingat yang mengerikan bahwa bahkan di era teknologi super canggih, ada hal-hal yang tidak bisa kita prediksi, dan ada rahasia yang tidak bisa kita pecahkan. Kisah ini telah mengubah industri penerbangan. Para ahli kini bekerja keras untuk mengembangkan sistem pelacakan yang tidak bisa dimatikan, dan kotak hitam yang dapat mengirimkan data secara real-time ke satelit.

Misteri MH370 adalah pengingat abadi bahwa di balik semua teknologi, kita masih rentan terhadap ketidakpastian alam semesta dan, yang paling menakutkan, terhadap kegelapan yang tersembunyi di dalam diri manusia.

Posting Komentar untuk "Misteri MH370: Perjalanan Terakhir yang Menghilang dan Pencarian Abadi di Samudra Tergelap"

JAS HUJAN SETELAN PRIA WANITA BY HCS
BAHAN PVC 0.25 TEBAL LENTUR ANTI REMBES BERKUALITAS dengan harga Rp51.200. Dapatkan di Shopee sekarang!