Fakta Aneh Tentang Korea Utara yang Jarang Dibahas

Korea Utara selalu menjadi salah satu negara yang paling sulit dipahami di dunia. Sistem politiknya tertutup, informasi dari luar sangat dibatasi, dan hampir tidak ada negara lain yang memiliki struktur sosial dan budaya yang begitu ketat dan unik. Ketika dunia terus berkembang ke arah keterbukaan, Korea Utara justru tetap bertahan dalam model kehidupan yang nyaris tidak berubah selama puluhan tahun. Tanpa garis pemisah, berikut rangkaian fakta aneh tentang negara ini yang membuat banyak orang penasaran.

Salah satu hal yang paling sering dibicarakan adalah kalender unik yang mereka gunakan. Korea Utara tidak memakai kalender Masehi seperti kebanyakan negara lain. Mereka memiliki Kalender Juche, yang menghitung tahun berdasarkan kelahiran Kim Il-sung, pendiri negara tersebut, pada tahun 1912. Jadi jika dunia mengatakan tahun 2025, Korea Utara justru menyebutnya sebagai Juche 113. Hal ini membuat sistem penanggalan mereka terlihat sangat berbeda, terutama bagi warga asing yang berkunjung.

Korea Utara juga terkenal karena memiliki aturan ketat terkait gaya rambut. Bukan sekadar tren, gaya rambut di sana diatur oleh pemerintah. Ada daftar “gaya rambut resmi” untuk pria dan wanita, dan masyarakat diharapkan memilih dari daftar tersebut. Pilihan untuk pria biasanya pendek dan rapi, sementara wanita memiliki variasi sedikit lebih banyak, namun tetap mengikuti standar yang ditetapkan negara. Rambut terlalu panjang atau terlalu modis dianggap tidak sesuai dengan nilai-nilai negara.

Hal aneh berikutnya adalah keberadaan “desa palsu” di perbatasan Korea Utara dan Korea Selatan. Desa ini dikenal sebagai Kijong-dong atau “Desa Propaganda”. Dari jauh terlihat modern dan rapi, lengkap dengan gedung bertingkat dan pencahayaan terang. Namun bila dilihat lebih dekat, sebagian besar bangunannya kosong dan tidak berpenghuni. Tujuan keberadaannya adalah untuk menampilkan citra kemakmuran Korea Utara kepada warga Korea Selatan.

Tidak berhenti sampai di sana, Korea Utara juga memiliki salah satu stadion olahraga terbesar di dunia, yaitu Rungrado 1st of May Stadium, yang mampu menampung lebih dari 100.000 orang. Stadion ini sering digunakan untuk acara massal, termasuk pertunjukan koreografi raksasa dan parade ulang tahun pemimpin negara. Koreografi massal dengan puluhan ribu peserta adalah salah satu pertunjukan paling spektakuler yang hanya bisa ditemukan di negara ini.

Internet di Korea Utara juga sangat berbeda dari internet pada umumnya. Mereka memiliki jaringan internal bernama Kwangmyong yang berfungsi seperti intranet nasional. Pengguna hanya bisa mengakses situs-situs yang disetujui pemerintah, dan jumlah situsnya pun sangat sedikit. Informasi dari luar negeri hampir tidak pernah masuk kecuali telah disaring secara ketat.

Salah satu fakta unik lainnya adalah bahwa Korea Utara hanya mengizinkan warga tertentu memiliki mobil pribadi. Mobil dianggap sebagai kemewahan dan sebagian besar dikuasai negara. Warga biasa biasanya mengandalkan transportasi umum seperti bus atau sepeda. Hal ini membuat jalanan kota Pyongyang terlihat sangat lengang jika dibandingkan dengan kota besar lainnya di dunia.

Dalam bidang olahraga, Korea Utara memiliki praktik unik terkait Piala Dunia. Jika tim nasional mereka bertanding dan kalah dengan skor besar, siaran di TV lokal terkadang tidak menampilkan hasil sebenarnya. Pemerintah memilih untuk menyunting hasil pertandingan sehingga terlihat seperti kemenangan atau setidaknya pertandingan yang lebih kompetitif. Tujuannya adalah menjaga moral masyarakat tetap tinggi.

Korea Utara juga memiliki hubungan yang unik dengan hewan peliharaan. Pada beberapa periode tertentu, pemerintah membatasi kepemilikan anjing di kota-kota besar, bahkan mendorong warga menyerahkan anjing mereka kepada negara. Alasannya bermacam-macam, mulai dari alasan kesehatan hingga alasan “mencerminkan kesetaraan sosial”.

Hal yang sama menariknya adalah fakta bahwa wisatawan asing hanya boleh melihat apa yang diizinkan. Selama kunjungan, turis akan didampingi pemandu resmi dari pemerintah mulai dari pagi hingga malam. Mereka tidak bisa berkeliling sendiri, tidak bisa berbicara bebas dengan warga lokal, dan tidak bisa mengambil foto sembarangan. Bahkan hotel untuk turis pun seringkali berada di pulau atau lokasi terisolasi untuk membatasi gerak mereka.

Selain itu, Korea Utara juga pernah memiliki zona waktu sendiri bernama “Pyongyang Time”. Pada tahun 2015, mereka menggeser waktu lokal 30 menit lebih lambat dari Korea Selatan dan Jepang. Namun pada tahun 2018, demi simbol kerja sama, Pyongyang Time kembali disamakan dengan waktu Seoul. Meski begitu, keputusan tersebut menunjukkan betapa uniknya cara Korea Utara memposisikan identitasnya.

Satu fakta menarik lainnya adalah tentang pemilu mereka—yang diadakan secara rutin tetapi hanya memiliki satu kandidat di setiap distrik. Masyarakat tetap datang ke TPS, tetapi pilihan yang tersedia hanya satu nama, dan mereka hanya bisa memilih “setuju” atau “tidak setuju”. Hasil pemilu biasanya diumumkan dengan tingkat persetujuan hampir 100%.

Tidak kalah unik, Korea Utara pernah membangun skyline kota Pyongyang dengan gedung-gedung tinggi, namun beberapa di antaranya tidak digunakan. Misalnya, Hotel Ryugyong yang terkenal, sebuah bangunan raksasa berbentuk piramida yang sempat menjadi gedung tak terpakai terbesar di dunia selama bertahun-tahun sebelum pemerintah mencoba merapikannya.

Meskipun terlihat aneh dan misterius, Korea Utara tetap menjadi salah satu negara yang paling menarik perhatian dunia. Kombinasi antara budaya tertutup, sistem pemerintahan yang ketat, dan gaya hidup unik membuatnya terus menjadi bahan diskusi yang tidak pernah habis. Semakin kita menggali, semakin jelas bahwa ada begitu banyak hal yang tidak pernah terlihat di permukaan.