Hukum-Hukum Aneh di Seluruh Dunia yang Bikin Geleng-Geleng Kepala

Dunia ini penuh dengan keunikan, termasuk dalam hal hukum. Di setiap negara, aturan dibuat untuk menjaga ketertiban, namun beberapa di antaranya justru terdengar begitu aneh sampai-sampai sulit dipercaya. Terkadang hukum tersebut lahir dari tradisi kuno, kondisi sosial tertentu, atau sekadar masalah yang pada masanya dianggap serius. Meski bagi sebagian orang tampak konyol, hukum-hukum ini pernah — atau bahkan masih — diberlakukan secara resmi. Inilah alasan kenapa menggali hukum-hukum aneh di seluruh dunia selalu menjadi perjalanan yang menarik: kita bukan hanya belajar soal aturan, tetapi juga kebudayaan dan cara berpikir suatu masyarakat.

Salah satu contoh paling terkenal datang dari Italia, tepatnya di kota kecil Viganella yang dulu dikenal sebagai kota tanpa matahari selama musim dingin. Meskipun yang ini bukan hukum, pemerintah kota pernah mengusulkan aturan wajib untuk menyalakan “cermin raksasa” yang memantulkan sinar matahari ke desa. Namun hal yang jauh lebih aneh benar-benar terjadi di kota Eraclea, dekat Venice, di mana pemerintah mengeluarkan larangan membuat kastil pasir di pantai. Alasannya? Kastil pasir dianggap mengganggu jalur pejalan kaki dan berpotensi menyebabkan kecelakaan. Siapa sangka, sesuatu yang begitu polos seperti membangun kastil pasir bisa dianggap pelanggaran hukum.

Di Denmark, ada aturan unik terkait nama bayi. Orang tua tidak bisa sembarangan memilih nama untuk anak mereka karena nama yang diperbolehkan sudah tercantum dalam daftar resmi yang disetujui pemerintah. Jika ingin menggunakan nama baru yang tidak ada dalam daftar, mereka harus mengajukan permohonan khusus dan menunggu persetujuan. Tujuan hukum ini sebenarnya baik: melindungi anak dari nama-nama yang terlalu aneh atau merugikan mereka di masa depan. Tapi tetap saja, bagi banyak orang luar, aturan ini terdengar cukup ekstrem.

Beranjak ke Jepang, terdapat aturan unik mengenai menantu perempuan. Pada era tertentu dalam budaya tradisional, seorang perempuan bisa secara legal “diadopsi” sebagai anggota keluarga suaminya, bukan hanya sebagai pasangan tetapi sebagai pewaris keluarga. Sekarang praktiknya sudah jarang, namun hukum yang mengatur adopsi orang dewasa masih tetap ada, dan Jepang bahkan tercatat memiliki angka adopsi dewasa paling tinggi di dunia. Meski terlihat tidak biasa, hal ini berkaitan erat dengan budaya menjaga garis keluarga dan bisnis keluarga tetap berjalan.

Di Swiss, terdapat aturan yang membuat banyak orang terkejut: Anda tidak boleh memelihara hanya satu ekor marmut. Hewan kecil ini dianggap makhluk sosial sehingga jika dipelihara sendirian, itu dikategorikan sebagai tindakan tidak etis dan bisa dianggap pelanggaran. Pemerintah Swiss terkenal ketat dalam memperhatikan kesejahteraan hewan, dan aturan ini menjadi salah satu buktinya. Bahkan ada layanan “penyewaan marmut pasangan” untuk pemilik hewan yang kehilangan salah satu peliharaannya.

Sementara itu, di Singapura ada larangan klasik yang sering disebut-sebut wisatawan: dilarang mengunyah permen karet. Meski sekarang tidak sepenuhnya dilarang, peredarannya tetap dikontrol ketat. Kebijakan ini dimulai pada 1990-an untuk menjaga kebersihan kota dan mengurangi biaya pembersihan akibat sampah permen karet yang menempel di fasilitas publik. Aturan ini sempat menuai kontroversi internasional, namun sampai sekarang tetap menjadi bagian dari identitas Singapura sebagai negara yang sangat bersih dan tertib.

Di Kanada, ada aturan yang terdengar lucu namun nyata: dilarang membayar dengan jumlah koin terlalu banyak dalam satu transaksi. Misalnya, Anda tidak bisa membayar barang mahal menggunakan ratusan koin satu dolar. Aturan ini diterapkan untuk mencegah kekacauan dalam sistem pembayaran dan menjaga efisiensi perdagangan. Sebagian besar kasir pun biasanya langsung menolak jika seseorang mencoba membayar dengan segenggam penuh koin.

Di Thailand, ada aturan yang menegaskan bahwa menghina, merusak, atau memperlakukan gambar raja dengan tidak hormat bisa berujung hukuman berat. Bahkan menginjak uang kertas saja bisa dianggap pelanggaran karena terdapat gambar raja pada uang tersebut. Ini mencerminkan betapa dalamnya penghormatan masyarakat Thailand terhadap monarki, dan aturan ini menjadi salah satu yang paling dikenal oleh wisatawan.

Di bagian dunia lain, yaitu Australia Barat, ada hukum aneh yang menyangkut kentang. Ya, benar—kentang. Pada masa lalu, otoritas di sana mengatur distribusi kentang melalui organisasi bernama Potato Marketing Corporation. Akibatnya, seseorang tidak boleh membawa lebih dari 50 kilogram kentang dalam satu perjalanan tanpa alasan yang jelas. Meski sudah dilonggarkan, aturan ini pernah benar-benar ditegakkan dengan serius pada masa krisis pertanian.

Di beberapa negara Amerika Serikat, hukum-hukum lama yang lucu masih tercantum dalam buku perundangan meskipun tidak lagi ditegakkan. Misalnya, di Arizona pernah ada aturan yang melarang keledai tidur di bak mandi. Awalnya, larangan ini dibuat setelah sebuah banjir menyebabkan seekor keledai tersangkut di dalam bathtub yang hanyut dan memicu operasi penyelamatan besar-besaran. Aturan ini akhirnya tertulis dalam hukum kota, dan meskipun sekarang terdengar konyol, pada masanya itu dianggap keputusan yang masuk akal.

Hal lain yang tak kalah unik datang dari Carolina Utara, di mana menyanyikan lagu-lagu fals di depan umum pernah dianggap pelanggaran. Ini merupakan aturan moralitas yang pada zaman dahulu dirancang untuk menjaga ketertiban dan kenyamanan warga, meski sekarang sudah praktis tidak berlaku lagi.

Semua contoh ini menunjukkan bahwa hukum tidak hanya sekadar aturan kaku, tetapi juga cermin budaya, sejarah, dan cara berpikir suatu masyarakat. Apa yang terasa wajar di satu negara bisa dianggap aneh di negara lain. Aturan yang kini dianggap lucu mungkin dulunya merupakan solusi terhadap masalah serius. Pada akhirnya, hukum-hukum aneh ini memberi kita perspektif baru bahwa dunia ini jauh lebih beragam dan menarik dari yang kita bayangkan.